Baterai merupakan sebuah alat yang mengubah energi kimia yangtersimpan menjadi energi listrik. Pada percobaan kali ini, baterai berfungsi sebagai sumber daya.
Transistor merupakan alat semikonduktor yang dapat digunakan sebagai penguat sinyal, pemutus atau penyambung sinyal (switching), stabilisasi tegangan, dan fungsi lainnya. Transistor memiliki 3 kaki elektroda, yaitu basis, kolektor, dan emitor.
Spesifikasi dan konfigurasi pin:
Gerbang logika atau gerbang logik adalah suatu entitas dalam elektronika dan matematika Boolean yang mengubah satu atau beberapa masukan logik menjadi sebuah sinyal keluaran logik
Motor DC digunakan sebagai output dari rangkaian dan juga merupakan alat yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi listrik menjadi energi gerak berupa putaran.
Konfigurasi pin:
Resistor adalah komponen Elektronika Pasif yang memiliki
nilai resistansi atau hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan
mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian elektronika.
Cara menghitung nilai resistansi resistor dengan gelang
warna :
1. Masukan angka langsung dari kode warna gelang pertama.
2. Masukan angka langsung dari kode warna gelang kedua.
3. Masukan angka langsung dari kode warna gelang ketiga.
4. Masukkan jumlah nol dari kode warna gelang ke-4 atau
pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10^n), ini merupakan nilai toleransi dari
resistor.
b. Sensor MQ-5
Sensor MQ5 terbuat dari bahan peka gas metana, butan, LPG,
Sensor gas asap MQ-5 dapat langsung diatur sensitifitasnya dengan memutar
trimpotnya. Sensor gas ini tersusun oleh senyawa SnO2. Spesifikasi pada sensor
gas MQ-5 sebagai berikut :
1. Input pemanas
: 5 VDC/VAC
2. Input rangkaian
: 5 VDC
3. Range Pengukuran :
200 - 5000ppm (LPG), 300 - 5000ppm (Butane),
5000 - 20000ppm (methane)
4. Output : Tegangan analog ( 0 -
5V)
5. Resistansi Sensor (RS) : 2KΩ - 10KΩ
Sensor MQ-2 dapat beroperasi pada suhu dari -20°C sampai
50°C dan mengkonsumsi arus kurang dari 150 mA pada 5V.
Prinsip Kerja MQ-5
Pada dasarnya sensor ini terdiri dari tabung aluminium yang dikelilingi oleh silikon dan di pusatnya ada elektroda yang terbuat dari aurum di mana ada element pemanasnya. Ketika terjadi proses pemanasan, kumparan akan dipanaskan sehingga kristal SnO2 menjadi semikonduktor atau sebagai penghantar sehingga melepaskan elektron dan ketika asap dideteksi oleh sensor dan mencapai aurum elektroda maka output sensor MQ-5 akan menghasilkan tegangan analog. Sensor MQ-5 ini memiliki 6 buah masukan yang terdiri dari tiga buah power supply (Vcc) sebasar +5 volt untuk mengaktifkan heater dan sensor, Vss (Ground), dan pin keluaran dari sensor tersebut.
Grafik sensor MQ5
c. Flame Sensor
Sensor api atau Flame sensor merupakan salah satu alat
pendeteksi kebakaran melalui adanya nyala api yang tiba-tiba muncul. Besarnya
nyala api yang terdeteksi adalah nyala api dengan panjang gelombang 760 nm
sampai dengan 1.100 nm. Transducer yang digunakan dalam mendeteksi nyala api
adalah infrared.
Sensor api ini biasa digunakan pada ruangan di perkantokan,
apartemen, atau perhotelan. Namun, sering juga digunakan dalam pertandingan
robot. Fungsi sensor ini adalah sebagai
mata dari robot untuk mendeteksi nyala api. Diharapkan dengan meletakkan sensor
api sebagai mata, robot dapat menemukan posisi lilin yang menyala.
Sensor api ini memiliki manfaat yang cukup besar. Salah satu
diantaranya adalah mampu meminimalisasi adanya false alarm atau alarm palsu sebagai
sebuah tanda akan terjadinya kebakaran. Sensor ini dirancang khusus untuk
menemukan penyerapan cahaya pada gelombang tertentu.
Flame detector sendiri digunakan untuk mendeteksi keberadaan
api dengan memakai sensor optik. Pada prinsipnya api bisa dideteksi berdasar
keberadaan spektrum cahaya infrared maupun ultra violet. Namun,ada sumber
cahaya lain yang bukan api dan turut menyumbang emisi cahaya pada gelombang
infrared ataupun ultraviolet,seperti kilatan petir,welding arc,metal
grinding,hot turbine,reactor,dll. Sumber lain ini dapat mempengaruhi kinerja
flame detector dan dapat menimbulkan alarm palsu. Untuk mencegah alarm palsu,produk
flame detector saat ini menggunakan kombinasi antara pendeteksi gelombang
infrared maupun ultra violet supaya tidak terjadi false alarm, biasanya orang
nyebutnya UV/IR Flame Detector.
Detektor ultraviolet
Detektor ultraviolet (UV) bekerja dengan mendeteksi radiasi
UV yang dipancarkan pada saat penyalaan. Sementara mampu mendeteksi kebakaran
dan ledakan dalam 3-4 milidetik, penundaan waktu 2-3 detik sering dimasukkan
untuk meminimalkan alarm palsu yang dapat dipicu oleh sumber UV lain seperti
petir, pengelasan busur, radiasi, dan sinar matahari. Detektor UV biasanya
beroperasi dengan panjang gelombang lebih pendek dari 300 nm untuk meminimalkan
efek radiasi latar belakang alami. Pita panjang gelombang UV surya buta juga
mudah dibutakan oleh kontaminan berminyak.
-Near infrared (IR) array flame detector (0,7 hingga 1,1
μm), juga dikenal sebagai detektor nyala visual, menggunakan teknologi
pengenalan api untuk mengkonfirmasi api dengan menganalisis radiasi IR dekat
menggunakan perangkat charge-coupled device (CCD). Sensor near infrared (IR)
khususnya dapat memantau fenomena nyala api, tanpa terlalu banyak hambatan dari
air dan uap air. Sensor piroelektrik yang beroperasi pada panjang gelombang ini
bisa relatif murah. Beberapa saluran atau sensor array pixel yang memantau api
di pita IR dekat merupakan teknologi yang paling andal yang tersedia untuk
mendeteksi kebakaran. Emisi cahaya dari api membentuk gambar nyala api pada
saat tertentu. Pemrosesan gambar digital dapat dimanfaatkan untuk mengenali api
melalui analisis video yang dibuat dari gambar IR yang dekat.
-Detektor api inframerah (IR) atau inframerah pita lebar
(1,1 µm dan lebih tinggi) memantau pita spektrum inframerah untuk pola tertentu
yang dilepaskan oleh gas panas. Ini dirasakan menggunakan kamera pencitraan api
pemadam kebakaran khusus (TIC), sejenis kamera termografi. Alarm palsu dapat
disebabkan oleh permukaan panas lainnya dan radiasi termal latar belakang di
area tersebut. Air pada lensa detektor akan sangat mengurangi akurasi detektor,
karena akan terkena sinar matahari langsung. Rentang frekuensi khusus adalah
4,3 hingga 4,4 μm. Ini adalah frekuensi resonansi CO2. Selama pembakaran
hidrokarbon (misalnya, bahan bakar kayu atau fosil seperti minyak dan gas alam)
banyak panas dan CO2 dilepaskan. CO2 panas memancarkan banyak energi pada
frekuensi resonansinya 4,3 μm. Ini menyebabkan puncak dalam total emisi radiasi
dan dapat dideteksi dengan baik. Selain itu, CO2 "dingin" di udara
menjaga agar sinar matahari dan radiasi IR lainnya disaring. Ini membuat sensor
dalam frekuensi ini "buta surya"; Namun, sensitivitas berkurang oleh
sinar matahari. Dengan mengamati frekuensi kedipan api (1 hingga 20 Hz),
detektor dibuat kurang sensitif terhadap alarm palsu yang disebabkan oleh
radiasi panas, misalnya disebabkan oleh mesin panas.
Detektor api inframerah (IR) atau inframerah pita lebar (1,1
µm dan lebih tinggi) memantau pita spektrum inframerah untuk pola tertentu yang
dilepaskan oleh gas panas. Ini dirasakan menggunakan kamera pencitraan api
pemadam kebakaran khusus (TIC), sejenis kamera termografi. Alarm palsu dapat
disebabkan oleh permukaan panas lainnya dan radiasi termal latar belakang di
area tersebut. Air pada lensa detektor akan sangat mengurangi akurasi detektor,
karena akan terkena sinar matahari langsung. Rentang frekuensi khusus adalah
4,3 hingga 4,4 μm. Ini adalah frekuensi resonansi CO2. Selama pembakaran
hidrokarbon (misalnya, bahan bakar kayu atau fosil seperti minyak dan gas alam)
banyak panas dan CO2 dilepaskan. CO2 panas memancarkan banyak energi pada
frekuensi resonansinya 4,3 μm. Ini menyebabkan puncak dalam total emisi radiasi
dan dapat dideteksi dengan baik. Selain itu, CO2 "dingin" di udara
menjaga agar sinar matahari dan radiasi IR lainnya disaring. Ini membuat sensor
dalam frekuensi ini "buta surya"; Namun, sensitivitas berkurang oleh
sinar matahari. Dengan mengamati frekuensi kedipan api (1 hingga 20 Hz),
detektor dibuat kurang sensitif terhadap alarm palsu yang disebabkan oleh
radiasi panas, misalnya disebabkan oleh mesin panas.
Detektor api Triple-IR membandingkan tiga band panjang
gelombang spesifik dalam wilayah spektral IR dan rasio mereka satu sama lain.
Dalam hal ini satu sensor melihat rentang 4,4 mikrometer sedangkan sensor
lainnya melihat panjang gelombang referensi baik di atas maupun di bawah 4,4.
Ini memungkinkan detektor untuk membedakan antara sumber IR non-nyala dan nyala
api aktual yang memancarkan CO2 panas dalam proses pembakaran. Akibatnya,
jangkauan deteksi dan kekebalan terhadap alarm palsu dapat meningkat secara
signifikan. Detektor IR3 dapat mendeteksi api panci bensin 0.1m2 (1 kaki2)
hingga 65 m (215 kaki) dalam waktu kurang dari 5 detik. Triple IR, seperti
jenis detektor IR lainnya, rentan terhadap pembutakan oleh lapisan air pada
jendela detektor.
Kebanyakan detektor IR dirancang untuk mengabaikan radiasi
IR latar belakang yang konstan, yang ada di semua lingkungan. Sebagai gantinya
mereka dirancang untuk mendeteksi sumber radiasi yang tiba-tiba berubah atau
meningkat. Ketika terkena perubahan pola radiasi IR non-api, detektor IR dan UV
/ IR menjadi lebih rentan terhadap alarm palsu, sementara detektor IR3 menjadi
agak kurang sensitif tetapi lebih kebal terhadap alarm palsu.
-Buka aplikasi proteus
- Ambil komponen yang dibutuhkan seperti resistor, flame sensor, sensor MQ-5, dan baterai
- Rangkai setiap komponen
- Ubah spesifikasi komponen sesuai kebutuhan
- Tambahkan Voltmeter
- Jalankan rangkain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar